Month: Maret 2016

Dorongan yang Berulang-Ulang

Seorang wartawan memiliki kebiasaan yang tidak lazim. Ia tidak mau menggunakan pena bertinta biru. Jadi, ketika rekannya bertanya kepadanya apakah ia mau dibelikan sesuatu dari toko, ia minta dibelikan sejumlah pena, tetapi, “Jangan yang berwarna biru,” katanya. “Aku tak mau pena biru. Aku tak suka warna biru. Warna biru tidak cocok buat saya. Jadi, tolong belikan selusin pena, warnanya boleh apa saja, asal jangan biru!” Keesokan harinya, si wartawan menerima selusin pena yang dibelikan rekannya itu, tetapi semuanya berwarna biru. Ketika ditanya, rekannya itu hanya berkata, “Kamu terus-menerus mengatakan ‘biru, biru’. Kata itu yang paling menancap di pikiranku!” Kata yang diucapkan berulang-ulang oleh wartawan itu memang memberikan dampak, tetapi berlawanan dengan apa yang sebenarnya ia kehendaki.

Begitu Dikasihi

Bertahun-tahun lalu, saya pernah memiliki kantor di Boston. Dari kantor itu, saya dapat memandang ke arah Taman Makam Granary, tempat banyak pahlawan Amerika yang penting dimakamkan. Di sana terdapat nisan dari John Hancock dan Samuel Adams, dua tokoh penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Tidak jauh dari nisan mereka, terdapat nisan Paul Revere, pahlawan perang revolusi Amerika.

Melayangkan Pandangan

Sebuah artikel dalam jurnal Surgical Technology International (Teknologi Bedah Internasional) mengatakan bahwa menatap layar ponsel dengan posisi kepala tertunduk itu setara dengan menahan beban seberat 27 kg di leher. Jika kita memikirkan bahwa jutaan orang di seluruh dunia menghabiskan rata-rata 2-4 jam setiap harinya untuk membaca dan mengirimkan pesan pendek dengan ponsel mereka, tidak heran apabila makin banyak orang yang mengalami masalah pada leher dan tulang belakang mereka sebagai akibat dari kebiasaan tersebut.

Menjaga Privasi Saya

Dalam suatu lokakarya, seorang lulusan desain industri dari universitas di Singapura ditantang untuk memberikan solusi baru bagi suatu masalah umum dengan hanya menggunakan benda-benda yang biasanya ada di sekitar kita. Ia pun menciptakan sejenis rompi untuk menjaga privasi seseorang dari gangguan selama perjalanan dalam kereta dan bus yang padat penumpang. Rompi itu dibalut dengan banyak paku plastik yang fleksibel dan berukuran panjang yang biasanya digunakan untuk melindungi tanaman dari serangan burung dan kucing.

Memperhatikan Diri Sendiri

Setelah suami saya menjalani operasi jantung, saya bermalam menemaninya di rumah sakit dengan rasa cemas. Keesokan paginya, saya teringat sudah membuat janji untuk memotong rambut di salon. “Aku harus membatalkannya,” kata saya, sembari menyusuri rambut saya yang acak-acakan.

Peringatan dari Abigail

Daud dan 400 prajuritnya bergerak menyusuri pedesaan untuk mencari Nabal, orang kaya yang dengan keji pernah menolak untuk menolong mereka. Daud mungkin sudah membunuhnya, andaikata ia tidak terlebih dahulu bertemu dengan Abigail, istri Nabal. Dengan persediaan makanan yang telah disiapkannya untuk para prajurit Daud, Abigail menemui mereka dengan harapan dapat mencegah bencana yang akan terjadi. Dengan sikap hormat, ia mengingatkan Daud tentang rasa bersalah yang akan menghantui Daud apabila ia menuntaskan rencananya membalas dendam (1Sam. 25:31). Daud sadar bahwa Abigail benar dan memujinya atas kebijaksanaan yang ditunjukkannya.

Jangan Menyerah!

Pada tahun 1952, Florence Chadwick berusaha berenang hampir sejauh 42 km dari pantai California ke Pulau Catalina. Setelah berenang selama 15 jam, kabut tebal mulai menghalangi pandangannya. Ia pun kehilangan arah dan menyerah. Ia sangat menyesal setelah menyadari bahwa ia berhenti ketika tujuannya hanya tinggal 1,5 KM lagi.

Orang Asing dan Pendatang

Saya memarkir sepeda, lalu menelusuri peta wilayah Cambridge untuk memastikan bahwa saya berada di jalan yang benar. Saya tidak pandai membaca peta dan khawatir dapat tersesat di tengah keruwetan jalanan yang dijejali banyak bangunan bersejarah itu.

Mari Masuk

Rumah Jenny terletak di tepi jalan kecil yang menyusuri pedesaan. Pada jam-jam sibuk, jalan kecil itu sering dilalui para pengendara yang ingin menghindari jalan besar dan lampu lalu lintas. Beberapa minggu lalu, sejumlah pekerja datang untuk memperbaiki jalan kecil yang sudah rusak parah itu. Mereka membawa pembatas-pembatas berukuran besar dan rambu-rambu bertuliskan “Dilarang Masuk”. “Semula saya khawatir saya tidak akan dapat mengeluarkan mobil sampai jalan itu selesai diperbaiki,” kata Jenny. “Namun setelah membaca lagi rambu-rambu itu dengan lebih saksama, saya baru menyadari bahwa yang tertulis sebenarnya, “Dilarang Masuk: Akses Hanya Bagi Penghuni”. Tidak ada penghalang atau pembatas yang mengharuskan saya berputar arah. Saya berhak masuk dan keluar kapan saja karena saya tinggal di sana. Saya merasa sangat diistimewakan!”